Featured

Biarkan dia terbang …

10.30 Wib.

Dua hari sebelum penerbangan ini adalah waktu yang sangat lambat berjalan, merayap seperti semut menuju sarangnya, semua orang tahu menunggu tetap hal yang membosankan, seakan itu adalah satu perjuangan dan berharap bisa segera terwujud apa yang akan datang. Sebenarnya apa yang ditunggu, kalau ternyata waktu itu akan tetap berjalan dan terus berputar sesuai dengan jalurnya. Ternyata kita terperangkap dalam zona waktu, dan hanya dibebani dengan hati yang memberikan rasa nyaman atau tidak. Selalu berharap waktu akan diputar mundur berikut dengan keadaan sekarang ini agar kita dapat membuat pilihan dan harapan yang baru, sungguh semua orang mengharapkan ini.

Sebenarnya jadwal penerbangan ini jam 10.20 wib, tetapi karena tidak ingin terlambat, persiapan ke bandara sudah saya mulai jam 6 pagi, dan benar saja karena kebetulan dihari minggu hanya butuh waktu satu jam menuju soetta, berarti masih ada 2,5 jam dibandara untuk bisa menikmati orang yang lalu lalang di gate, karena biasanya penumpang akan diminta memasuki pesawat 30 menit sebelum keberangkatan. Setelah cetak boarding pass terlihat bahwa gate untuk penerbangan kali ini adalah nomor 22, berarti saya harus banyak melalui gate lain menuju tempat pesawat yang akan membawa saya. Sambil berjalan santai kulewati gate demi gate, sampai akhirnya sebuah pesan pendek itu datang, sapaan di pagi yang indah ini, sangat singkat, hanya bertanya tentang jadwal keberangkatan. Karena sesuai dengan kesepakatan bahwa aku hanya bisa menunggu, menunggu sesuatu yang tidak pasti, itu hanya di hari kerja dan pada saat jam istirahat. Begitu panggilan penumpang untuk memasuki pesawat, saya agak malas untuk beranjak, karena ternyata pesan pendek menjadi pesan panjang dan berbuntut kepada pertanyaan dan pernyataan yang sebenarnya kadang membuat bingung. Jadilah akhirnya menjadi penumpang paling akhir masuk ke pesawat.

Berjalan menuju garbarata, berjalan perlahan sambil memandangi pesawat yang berbaris rapi siap diterbangkan, membuat pikiran melayang kembali kepadamu, menginspirasi judul “BIARLAH DIA TERBANG…” Ada nada sedih disana, berkecamuk dengan rasa haru yang datang tiba – tiba, kalau sebenarnya kita dalam satu rangkaian rel yang terpaksa harus kita jalani. Kita menyakini bahwa kita sudah dalam aturan yang paling benar dan mengikuti cara yang paling tepat dalam hidup ini, kita jalani hari demi hari dengan senyum dan tawa, dan terlihat sangat bahagia. Teringat kembali apa yang telah dibaca di wp itu bahwa satu tempat yang paling indah adalah dalam kesendirian, bermain dengan pikiran sendiri, dan berharap semua akan segera berlalu.

Perasaan memberontak tiba – tiba datang setelah duduk di pesawat, perlahan pesawat mulai berjalan menuju landasan pacu, dan beberapa saat kemudian terdengar suara kencang dari mesin pesawat menandakan pilot telah mulai menarik kemudi untuk take off. Ada keinginan yang muncul tiba – tiba berharap inilah saatnya, saat dimana pesawat ini akan hancur berkeping-keping dan saya akan menjadi bagian kecilnya, berhamburan dan tak tersisa, dan mengakhiri semua perjalanan ini, akan sangat indah, dan aku berharap, entah kenapa ada air mata yang jatuh setelah perasaan itu, sebenarnya pikiran dan perasaan ini tertuju kepadamu. Pesawat mulai membelah angin dengan efek getaran keras dari terpaan angin yang menghadang, perlahan tapi pasti, menuju angkasa yang semakin tinggi, menuju negeri di awan. Dengan gagahnya mengambang diantara awan – awan yang berlapis, angin bukan lagi menjadi penghalang baginya. Biarlah dia terbang…

Diatas 17 ribu kaki, aku membayangkan dirimu, hadir dengan senyum khas, didepanku, sesuai dengan apa yang dilalukan hari jumat lalu, memandangimu dengan sangat lama agar bisa kusimpan rapi dipikiranku, karena sebenarnya aku takut. Kurekam semua rona wajahmu dan semua tingkahmu, berharap akan membuatku untuk kuat menahan indahnya rasa rindu. Berusaha untuk membuatmu tenang, dan pilihan keinginan untuk mau atau tidak. Sejujurnya ada rasa takut, takut akan kehilangan. Lalu kuberikan tanda yang sangat berarti bagi diriku, bahwa aku memilihmu, melakukan dengan hati dan sentuhan lembut menunggu respon darimu.
Masih akan tetap terasa sampai saatnya bisa terulang kembali.

‘Symphoni Yang Indah’

Alun sebuah symphony
Kata hati disadari
Merasuk sukma kalbuku
Dalam hati ada satu
Manis lembut bisikanmu
Merdu lirih suaramu
Bagai pelita hidupku

Berkilauan bintang malam
Semilir angin pun sejuk
Seakan hidup mendatang
Dapat ku tempuh denganmu

Berpadunya dua insan
Symphony dan keindahan
Melahirkan kedamaian
Melahirkan kedamaian

Syair dan melodi
Kau bagai aroma penghapus pilu
Gelora di hati
Bak mentari kau sejukkan hatiku

Burung-burung pun bernyanyi
Bunga-bunga pun tersenyum
Melihat kau hibur hatiku
Hatiku mekar kembali
Terhibur symphony
Pasti hidupku ‘kan bahagia

Pekanbaru,05112017

Melepasmu

Kini aku tahu alasan kenapa kita tidak diperkenankan menyatu. Tepat enam tahun akhirnya aku menyadarinya. Hari ini aku dengan segenap hati melepasmu, melepas semua cerita yang telah tersimpan di hati. Mengurai semua rasa, dan aku harap tidak tersisa sebutir pun.

Kendari, 8 Nov 2023

Lelaki yang kau inginkan…

Masa kecil selalu melukiskan kenangan indah, entah berawal darimana semua akan indah dan terkenang selamanya. Lama menyadari bahwa ternyata lahir sebagai laki – laki bukan menjadi pilihan, hidup diantara kakak dan adik yang semuanya perempuan.
Sejak awal sudah mulai diberi pelajaran tentang bagaimana harus bersikap dan bertindak, dipersiapkan sebagai penerus dari generasi ini. Sudah seperti garis keturunan bahwa tiap generasi hanya mendapatkan satu orang laki – laki sebagai penerus dari keluarga ini. Kedekatanku dengan neneklah yang membuatkan aku untuk mengurungkan niat untuk sekolah di SMA Taruna Nusantara di Magelang. Tahun 1990 merupakan awal dari sekolah tersebut dibuka, SMP tempat saya belajar mendapat undangan, dan kami waktu itu empat orang terpilih sebagai wakil untuk mengikuti seleksi. Saya ikuti seleksi dan memang karena kami merupakan orang terpilih, dapat rangking di kelas, maka kami bisa lolos. Tetapi setelah semua itu, tetap kembali kepada hal yang tak mungkin untuk saya tinggalkan, nenek berpesan, “kalau sekolahmu jauh, nenek tidak bisa untuk melihatmu setiap hari, aku kan sudah tua, dan ingin kamu tidak jauh dariku”, Nenek ingin aku untuk membatalkan niat itu, dan memang saya mengikuti nasehat itu.
Ada hal yang luar biasa yang dimiliki nenek, dia perempuan satu-satunya digaris keturunannya, memiliki enam orang saudara, nenek merupakan pengganti dari ibu buat semua saudaranya, karena sewaktu mereka masih kecil, ibunya meninggal. Sekitar usia 12 tahun waktu itu, karena nenek masih keturunan raja, maka pada waktu itu tidak boleh untuk sekolah, neneklah menjadi seorang ibu bagi adik-adiknya, dan semuanya orang yang berhasil dengan jabatannya, ada yang jadi tentara, polisi dan camat.
Nenek hanya diperbolehkan untuk belajar tentang agama, dan hanya menghafal al-quran, kalau untuk berhitung, tidak perlu untuk pakai kalkulator, nenek adalah ahlinya.
Suatu waktu pernah kita berbincang, aku tanyakan kepada nenek, apa keinginannya setelah masa tuanya, dan jawabannya ingin kembali naik haji. Aku katakan bahwa setelah saya selesai sekolah, dan bekerja, kemudian mengumpulkan uang, kami akan naik haji bersama. Itu terucap setelah kelulusanku di SMP, dan sebagai semangat baginya di hari tuanya.
Tanggal muda adalah tanggal kebahagian bagi kami berdua, karena gaji pensiunan akan kami terima, dan uang itu sebagian besar akan diberikan untuk keperluanku, paling sebagian kecil akan dibelikan untuk cucunya yang lain. Sayalah pangeran baginya, cucu tersayang yang sangat diharapkan, seperti pemberian nama kepada saya, nama suaminya, nama yang merupakan tanda, dengan menyebut nama saja orang lain tidak akan bertanya lagi dari garis keturunan mana, memang latar belakang keturunan masih sangat kental didaerahku, semuanya harus teratur dan tidak bisa sembarangan untuk memberikan nama dan gelar, seperti kalau misalnya ada gelar baginda maka anaknya menjadi sutan, itupun sebaliknya.
Aku menyadari nama itu setelah kelas tiga sd, rasanya kok lain dari teman-teman lain yang namanya bagus-bagus. Saya mendengar namaku disebutkan guru juga aneh, ingin rasanya minta kembali untuk menggantinya, dengan yang lain, sampai akhirnya kembali nenek menjelaskan arti dari nama yang kumiliki.
Perlahan saya diberi pelajaran tentang silsilah dan asal muasal dari keluarga ini, tentang bagaimana bahwa raja satu-satunya yang tidak bisa tunduk kepada penjajah waktu itu, raja yang memiliki kekuasaan terluas didaerahku, dan raja yang berprinsip bahwa lebih baik hancur daripada harus mengorbankan harga diri. Menyadari bahwa itu adalah sifat yang memang turun kepada kami, sangat berusaha selalu tampil baik dimanapun, tidak akan susah bagi orang lain untuk tahu kami berasal.
Perlahan Bapak juga memberikan petuah-petuah bagiku, pesan yang tidak akan pernah hilang, “tanganmu kan tidak cukup besar untuk mencangkul seperti orang lain, cangkulmu adalah pulpen, dan untuk semua itu harus belajar dan berilmu”, bapaklah yang selalu berusaha u ntuk memberitahu tanah dan warisan yang kami miliki, kepada saudara perempuan hanya diberitahu sekedarnya, kepadaku akan diceritakan asal muasal dan detil tiap patok tanah. Dan itu sangat berhasil, saya hafal nama dan tempatnya sampai sekarang.
Pernah sepupu bapak memegang tangan saya, dipandangi tanganku cukup lama, kemudian berlanjut kepada kaki kananku, dia usap dan dielus jemari saya, dan setelah ada nada sedih disana, saya hanya terdiam, karena saya tidak faham dengan perlakuannya, beberapa saat setelah itu aku bertanya, “kenapa paman sedih ?”
Singkat jawabannya, “kaki ini akan melangkah jauh, dan dia tidak akan mau kembali lagi”, yang berarti bahwa harapan mereka untuk saya tetap berada diantara mereka akan hilang.
Dan tanpa disadari bahwa angin juga akan terus bertiup membawa kenyataan bahwa “aku memang pergi darisana, dan memang sudah berjanji bahwa aku tidak akan pernah tinggal disana”.
Setelah saya selesai kuliah, kemudian bekerja, pekerjaan membawaku untuk selalu terbang dan pergi, aku adalah lelaki yang telah diramalkan itu.

Buat:
Alm. Hj. Kamariah Siregar
Semoga sudah bisa tersenyum melihatku, melalui semua cerita indah bersamamu, dan menjadikanku seperti yang diinginkan. Al-fatiha…